Fimela.com, Jakarta Mengasuh anak remaja adalah fase penuh tantangan. Di usia ini, mereka mulai membentuk jati diri, belajar berpikir mandiri, dan ingin menunjukkan bahwa mereka bisa membuat keputusan sendiri. Sayangnya, fase ini kerap memicu perdebatan antara orang tua dan anak, terutama saat pendapat tidak sejalan.
Sebagai orang tua, wajar jika ada keinginan untuk melindungi anak dari kesalahan dan memberi arahan terbaik. Namun, cara penyampaian yang terlalu keras atau kurang empati justru bisa memperlebar jarak. Anak remaja bisa merasa tidak dimengerti dan semakin tertutup, bahkan membangkang.
Agar hubungan tetap harmonis dan komunikasi berjalan sehat, penting bagi orang tua untuk memahami pendekatan yang lebih bijak saat menghadapi perdebatan. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan saat berhadapan dengan perbedaan pendapat bersama anak remaja:
Advertisement
Advertisement
Dengarkan tanpa Menyela
Anak remaja sering merasa tidak dihargai saat orang tua langsung memotong ucapan mereka. Cobalah untuk benar-benar mendengarkan, tanpa langsung menghakimi atau menyela. Sikap ini menunjukkan bahwa pendapat mereka dianggap penting, dan membuka ruang untuk dialog yang sehat.
Kendalikan Emosi saat Merespons
Perdebatan sering kali memicu emosi, namun sebagai orang tua, penting untuk tetap tenang. Hindari menaikkan suara atau menunjukkan kemarahan berlebihan. Dengan menjaga emosi, kita memberi contoh bagaimana menghadapi konflik dengan kepala dingin.
Advertisement
Hindari Kalimat yang Menghakimi
Alih-alih berkata, “Kamu selalu salah,” coba ubah menjadi, “Ibu/Bapak khawatir kalau kamu memilih jalan itu.” Kalimat yang lebih empatik dan tidak menyudutkan bisa membantu anak lebih terbuka menerima pandangan dari orang tua tanpa merasa diserang.
Pahami Sudut Pandang Mereka
Setiap generasi punya tantangannya sendiri. Cobalah pahami situasi dari sudut pandang anak. Tanyakan mengapa mereka berpikir atau bertindak demikian. Ini akan membantu orang tua menyusun respons yang lebih relevan dan membangun.
Advertisement
Tetapkan Batasan
Meski harus tegas dalam hal tertentu, usahakan untuk membuat aturan melalui diskusi, bukan paksaan. Libatkan anak dalam menentukan konsekuensi atau solusi. Cara ini akan membuat mereka merasa dihargai sekaligus belajar tentang tanggung jawab.
Menghadapi perdebatan dengan anak remaja memang tidak mudah, tapi dengan pendekatan yang tenang, empatik, dan terbuka, hubungan antara orang tua dan anak bisa tetap kuat dan sehat. Ingatlah bahwa masa remaja adalah fase pencarian jati diri, dan kehadiran orang tua sebagai pendengar dan pembimbing sangat berarti dalam proses itu.
Because every female is Fimela.