Fimela.com, Jakarta Pernahkah melihat unggahan orang tua yang membagikan momen-momen lucu atau menggemaskan anak-anak mereka di media sosial? Fenomena ini dikenal dengan istilah "sharenting"—gabungan dari kata "sharing" dan "parenting". Di era digital saat ini, membagikan perkembangan anak, dari bayi hingga sekolah, telah menjadi hal yang umum dilakukan para orang tua.
Namun, meskipun terlihat wajar dan menyenangkan, sharenting sebenarnya menyimpan sejumlah risiko yang perlu Sahabat Fimela pahami. Tidak semua momen pribadi layak dipublikasikan, apalagi jika menyangkut privasi dan keamanan anak. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai apa itu sharenting, potensi bahayanya, serta tips bijak dalam membagikan kehidupan anak secara online.
Yuk, kita bahas lebih lanjut agar Sahabat Fimela bisa lebih bijak dalam bersosial media, terutama jika sudah menjadi orang tua atau berencana membangun keluarga.
Advertisement
Advertisement
Apa Itu Sharenting?
Sharenting adalah praktik membagikan foto, video, atau informasi pribadi tentang anak di media sosial oleh orang tua. Kegiatan ini bisa berupa unggahan pertama saat anak lahir, milestone perkembangan, hingga cerita keseharian yang lucu. Dengan adanya teknologi dan platform seperti Instagram atau TikTok, sharenting menjadi semakin mudah dan meluas.
Meski terlihat sebagai bentuk kasih sayang atau kebanggaan terhadap anak, sharenting juga bisa menimbulkan kekhawatiran soal privasi. Informasi yang dibagikan orang tua bisa saja digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, termasuk untuk pencurian identitas atau bahkan eksploitasi.
Risiko dan Dampak Psikologi pada Anak
Ketika Sahabat Fimela mengunggah foto anak di media sosial, tanpa disadari Sahabat Fimela telah membangun jejak digital si kecil sejak dini. Jejak ini bisa bersifat permanen, dan kelak ketika anak dewasa, mereka mungkin tidak nyaman dengan rekam jejak digital yang sudah tersebar tanpa persetujuan mereka.
Selain itu, sharenting dapat membuka celah bagi pelaku kejahatan digital. Informasi seperti lokasi, nama lengkap, atau kegiatan rutin anak bisa saja dimanfaatkan untuk tujuan yang tidak baik. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang sebelum membagikan hal-hal yang bersifat pribadi tentang anak.
Bukan hanya masalah privasi, sharenting juga bisa berdampak pada psikologis anak di masa depan. Ketika mereka mulai beranjak besar dan menyadari bahwa banyak hal tentang diri mereka telah tersebar di dunia maya, hal ini bisa menimbulkan rasa malu, tidak nyaman, atau bahkan kehilangan kendali atas citra diri mereka sendiri.
Beberapa anak mungkin merasa tidak punya ruang privasi sejak kecil, yang bisa memengaruhi rasa percaya diri dan hubungan mereka dengan orang tua. Oleh karena itu, penting bagi Sahabat Fimela untuk menghormati hak anak atas privasi dan memastikan bahwa segala bentuk dokumentasi tentang mereka dilakukan secara etis dan bijak.
Advertisement
Bagaimana Bersikap terhadap Fenomena Sharenting?
Jika Sahabat Fimela tetap ingin membagikan momen anak di media sosial, lakukanlah dengan bijak. Hindari membagikan informasi sensitif seperti lokasi sekolah, identitas lengkap, atau kondisi kesehatan. Pastikan pengaturan privasi akun media sosial Sahabat Fimela cukup ketat agar hanya orang-orang terpercaya yang bisa melihat unggahan tersebut.
Selain itu, pertimbangkan pula untuk meminta izin anak—terutama jika mereka sudah cukup besar untuk memahami. Melibatkan anak dalam keputusan untuk membagikan foto atau cerita tentang mereka akan membantu menumbuhkan rasa saling menghargai dan membangun kepercayaan antara orang tua dan anak.
Sharenting memang bisa menjadi cara untuk menyimpan dan membagikan kenangan bersama anak, namun Sahabat Fimela perlu lebih bijak dan sadar akan konsekuensinya. Dengan menjaga privasi dan keselamatan anak, Sahabat Fimela tidak hanya melindungi mereka dari potensi risiko digital, tapi juga mengajarkan nilai pentingnya menghargai batasan diri dan orang lain sejak dini.
Jadi, sebelum menekan tombol "unggah", yuk pikirkan kembali: apakah informasi ini layak untuk dibagikan; dan apakah ini demi kebaikan anak di masa depan?