Sukses

Parenting

Tanpa Sadar, 5 Kesalahan Orangtua Ini Bisa Membuat Anak Tak Mandiri

Fimela.com, Jakarta Setiap orangtua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan mampu mengatasi semua masalah maupun tantangan di hidupnya. Oleh sebab itu, kemandirian adalah bekal penting yang perlu ditanamkan sejak dini agar anak bisa berkembang baik secara emosional maupun sosial.

Namun, dalam praktiknya, banyak orangtua justru tanpa sadar melakukan pola asuh yang menghambat perkembangan kemandirian anak. Niatnya mungkin baik—ingin melindungi atau membantu anak—tapi caranya justru membuat anak jadi terlalu bergantung dan tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.

Agar tidak terjebak dalam pola asuh yang salah, penting bagi orangtua untuk menyadari kebiasaan-kebiasaan yang tampak sepele tapi berdampak besar dalam jangka panjang. Berikut enam kesalahan umum yang sering dilakukan orangtua dan dapat membuat anak sulit untuk menjadi mandiri—dilansir dari beberapa sumber termasuk bupsy.co.

1. Overprotektif

Terlalu melindungi anak dari risiko atau tantangan sehari-hari dapat menghambat mereka belajar dari pengalaman. Ketika orangtua terlalu cepat turun tangan menyelesaikan masalah anak, mereka akan merasa seperti tidak diberi kesempatan untuk menemukan solusi sendiri atau mengembangkan rasa percaya diri. 

Untuk itu, orangtua sebaiknya memberi ruang pada anak untuk membuat keputusan dan belajar dari kesalahan. Hal ini akan membentuk ketahanan mental dan keterampilan problem-solving yang penting untuk kemandirian mereka di masa depan.

2. Kurangnya Pemberian Boundaries

Beberapa orangtua berpikir bahwa membiarkan anak bebas sepenuhnya adalah bentuk dukungan. Padahal, tanpa batasan yang jelas, anak bisa merasa tidak aman dan tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan dalam situasi tertentu.

Batasan yang sehat akan memberi anak rasa aman dan membantu mereka belajar mengatur diri. Ketika anak tahu ada aturan yang harus dipatuhi, mereka akan lebih mudah mengembangkan kontrol diri dan memahami konsekuensi sosial dari tindakan mereka.

3. Tidak Mendukung Usaha Anak

Saat orangtua terlalu fokus pada hasil dan mengabaikan proses, anak bisa kehilangan motivasi untuk mencoba. Padahal, usaha adalah bagian penting dari pembelajaran, dan setiap proses penuh tantangan seharusnya dihargai.

Mendukung usaha anak, meski hasilnya belum sempurna, dapat membangun kepercayaan diri dan keberanian dalam mencoba hal-hal baru. Pengakuan atas kerja keras akan membuat anak merasa dihargai dan lebih mandiri dalam mencapai tujuan mereka sendiri.

4. Emotionally Unavailable

Kehadiran fisik saja tidak cukup. Dalam arti, anak membutuhkan kehadiran emosional orangtua—untuk mendengarkan, memahami, dan memberikan respon penuh empati terhadap perasaan mereka. Ketika orangtua lebih sibuk dengan gadget atau pekerjaan, anak bisa merasa tidak dianggap penting. Ini bisa berdampak pada perkembangan emosional mereka dan membuat mereka mencari validasi atau ketergantungan dari luar, alih-alih belajar mengelola emosi sendiri.

5. Menghindari Anak dari Kegagalan

Banyak orangtua berusaha keras mencegah anak mengalami kegagalan, karena tak ingin anak terluka atau kecewa. Tapi justru dari kegagalan, anak bisa belajar bangkit, mengatasi rasa frustrasi, dan menemukan cara lain untuk berhasil. Membiarkan anak menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka dalam batas yang aman adalah bentuk pengajaran hidup yang penting. Ini akan melatih mereka menjadi lebih bertanggung jawab, mandiri, dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata.

 

Semoga informasi di atas bermanfaat ya, sahabat Fimela. Mulai saat ini, yuk biasakan untuk melatih anak agar mandiri!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading
OSZAR »